Monday, June 2, 2014

Pandangan Pelajar Mengenai Figur Pemimpin Masa Depan



Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri seseorang atau pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk bekerja secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. -George R. Terry (yang dikutip dari Sutarto, 1998 : 17)
Pemimpin dapat dibedakan dalam 2 arti :
- Pemimpin arti luas, seorang yang memimpin dengan cara mengambil inisiatif tingkah laku masyarakat secara mengarahkan, mengorganisir atau mengawasi usaha-usaha orang lain baik atas dasar prestasi, kekuasaan atau kedudukan.
- Pemimpin arti sempit, seseorang yang memimpin dengan alat-alat yang menyakinkan, sehingga para pengikut menerimanya secara suka rela.
(Kenry Pratt Fairchild dalam “Dictionary of Sociologi and Related Sciences”.)
Adapun sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin ialah:
·         Tanggung jawab
·         Opimis
·         Integritas (sesuai dengan perkataan)
·         Menyukai perubahan
·         Pantang menyerah
·         Berani menghadapi resiko
·         Berdedikasi dan berkomitmen
Berikut adalah beberapa watak yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin:
·         Bumi     = mendorong dirinya untuk selalu memberi kepada sesama. Ini berdasarkan analog bahwa bumi merupakan tempat untuk tumbuh berbagai tumbuhan yang berbuah dan berguna bagi umat manusia.
·         Air         = Mengalir dinamis dan rendah hati, tidak sombong, tidak arogan
·         Api        = Tegas, kesanggupan/keberanian  untuk memusnahkan hal-hal yang merugikan seperti sifat rakus, korup, keji, dan merusak.
·        Udara   = memberikan hak hidup kepada masyarakat (hak untuk mendapatkan kehidupan yang layak {sandang, pangan, papan, dan kesehatan}, mengembangkan diri, mendapatkan  pekerjaan, berpendapat dan berserikat {demokrasi}, dan mengembangkan kebudayaan.)
·       Matahari = menjadi penerang kehidupan, panutan sekaligus menjadi pemberi energi kehidupan masyarakat.
·       Bulan   = Memberi rasa tenteram dan mampu menerangi dalam gelap, mampu memimpin dengan berbagai kearifan sekaligus visioner (memiliki pandangan jauh ke depan); bukan memimpin dengan gaya seorang tiran (otoriter) dan berpikiran dangkal.
·       Bintang   = Harus mampu menjadi orientasi (panutan), membimbing sekaligus mampu menyelami perasaan masyarakat.
·      Langit   = harus memiliki keluasan hati, perasaan, dan pikiran dalam menghadapi berbagai persoalan bangsa dan negara. Tidak sempit pandangan, emosional, temperamental, gegabah, melainkan harus jembar hati-pikiran, sabar dan bening dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Bukankah inti atau substansi pemimpin adalah pelayan? Pemimpin yang berwatak juragan adalah penguasa yang serba minta dilayani dan selalu menguasai pihak yang dipimpin.
Sumber: Indra Tranggono Pemerhati Kebudayaan dan Cerpenis, Tinggal di Yogyakarta, website Kompas, 16/08/2008




Berdasarkan pengertian-pengertian yaang saya dapatkan dari berbagai sumber di atas, menurut pandangan saya pribadi sebagai pelajar SMA, figur pemimpin masa depan tentunya harus memenuhi beberapa sifat dan watak yang telah dijabarkan di atas. Pada intinya, pemimpin negara haruslah pro terhadap rakyat, mengedepankan kepentingan rakyat, mengesampingkan kepentingan golongnnya (partainya), dan tentunya dapat melaksanakan amanah yang terkandung dalam UUD Tahun 1945. Seperti pada UUD ’45 Pasal 33 Ayat 3 yang berbunyi, “Bumi dan air serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.” Mari kita telaah kembali. Di sebelah barat Indonesia tepatnya di Pulau Bangka Belitung. Di sana adalah salah satu penghasil timah dengan kualitas terbaik di dunia, yang pasti akan diekspor ke negara-negara tetangga dengan keuntungan yang cukup besar. Tetapi apakah rakyat yang hidup di sekitar tempat produksi timah tersebut sejahtera? Jawabannya adalah tidak, mereka yang telah bekerja demi memenuhi kebutuhan negeri orang justru hidup di bawah garis kemiskinan. Yang harusnya kekayaan alam itu digunakan untuk memakmurkan rakyat, justru hanya memakmurkan pihak-pihak tertentu saja. Hal seperti ini juga terjadi di Indonesia bagian timur, tepatnya di Irian Jaya. Minyak yang kita miliki justru kita serahkan ke pihak asing, dan negara Indonesia hanya mendapatkan hasil sebesar 1% saja. Dapat dibayangkan, bagaimana kehidupan rakyat di sekitar tempat produksi, negara kita saja hanya mendapat bagian sekitar 1%, sungguh memilukan. Pemimpin kita saat ini seperti gelap mata, mereka hanya memperhatikan perekonomian di sentral baik atau tidak, mereka tidak memperdulikan bagaimana kehidupan rakyatnya yang tinggal di beranda Indonesia (perbatasan Indonesia-Malaysia), yang hidup tanpa listrik, dengan tingkat kesehatan serta pendidikan yang rendah.
Menurut salah satu pahlawan yang berperan penting dalam dunia pendidikan, Ki Hajar Dewantara, beliau memiliki beberapa filosofi yang sering kita jumpai maupun kita dengar. “Ing ngarso sung tulodo”, “Ing madya mangun karsa” dan “Tut wuri handayani”.
Ing ngarso sung tulodo Jadi, sebelum seorang pemimpin memerintahkan sesuatu kepada bawahan/anggotanya, dia harus dapat mencontohkannya terlebih dahulu. Ing madya mangun karsa bermakna bahwa seorang pemimpin mampu menempatkan diri di tengah-tengah anggotanya sebagai pemberi semangat & motivasi agar anggotanya dapat mencapai kinerja yang maksimal. Tut wuri handayani bermakna bahwa seorang pemimpin bila berada di belakang harus bisa mendorong masyarakat/anggotanya supaya senantiasa maju. Seorang pemimpin tidak hanya memberikan dorongan saja, namun memberikan arahan kepada para anggotanya agar sejalan dengan visi & misi dan strategi organisasi yang telah ditetapkan.
Pemimpin juga harus mengetahui bagaimana keadaan anggotanya/kabinetnya. Bila pemimpinnya tidak mengetahui, bagaimana mereka bisa berkoordinasi dengan baik dan bekerja dengan maksimal agar visi&misi yang telah ditetapkan dapat tercapai? Seorang juga harus dapat turun ke bawah (mengunjungi rakyatnya) atau sedang trend dengan sebutan “blusukkan”. Sebenarnya bukan Jokowi yang memulai trend blusukkan, sejak zaman kekhalifahan hal yang seperti itu telah ada. Berikut cuplikan ceritanya.
Saat Umar bin Khattab menjadi khalifah, beliau sengaja berjalan-jalan di sekitar istananya hanya dengan pakaian biasa dan tanpa pengawalan. Ketika melewati sebuah rumah yang sangat sederhana (gubuk) beliau terhenti sejenak karena mendengar suara tangis seorang anak, didatangilah gubuk tersebut. “Mengapa anakmu itu menangis, wahai ibu?” Umar bertanya. “Dia belum makan seharian ini, Pak. Tetapi saya sedang memasakkan makanan untuknya.” Jawab sang ibu kepada Umar. Karena penasaran, Umar berjalan menuju tungku perapian tempat sang ibu memasakkan makanan untuk anknya itu. Setelah dibuka, betapa terkejutnya Umar bin Khattab. Ternyata yang sedang dimasak oleh sang ibu adalah beberapa batu. “Saya tidak punya pilihan lain, Pak. Saya sudah tidak punya apa-apa lagi. Saya hanya ingin membuat anak-anak berhenti menangis.” Sahut sang ibu. Seketika Umar terdiam, dan meninggalkan sang ibu beserta anak-anaknya yang sedang menangis itu. Tak berapa lama kemudian, datanglah beberapa pasukan kerajaan membawa begitu banyak bahan makanan menuju rumah sang ibu tadi. Sang ibu terkejut, sangat terkejut ketika mendengar penjelasan bahwa orang yang tadi singgah di gubuknya tak lain adalah Khalifah Umar bin Khattab r.a. Subhanallah... Dari kisah di atas, seperti itulah sosok pemimpin yang diidam-idamkan masa kini. Di mana seorang raja/presiden/pemimpin tidak hanya memikirkan perutnya saja saat berada di meja makan, tetapi memikirkan juga perut rakyatnya.


Dalam Islam, pemimpin yang ideal haruslah memiliki sifat-sifat yang selalu dicontohkan oleh Baginda Nabi Muhammad saw. seperti:
·         Shidiq         : Jujur. Seorang pemimpin harus bisa jujur baik dari perkataan dan perbuatan. Bila wakil-wakil rakyat ataupun pemimpin kita memiliki sifat ini, Indonesia bisa terbebas dari wabah KKN yang dewasa ini ramai diperbincangkan.
·         Amanah      : Dapat dipercaya. Seorang pemimpin dipilih atas kehendak rakyatnya dengan tujuan dapat mengemban tanggung jawab yang telah diberikan rakyat untuk meneruskan cita-cita bangsa, menyalurkan aspirasi rakyat, membuat sejahtera, dan lain-lain. Bila pemimpin kita tidak bisa mengemban tanggung jawab itu (tidak dapat dipercaya), bagaimana negara kita bisa sejahtera dan maju?
·         Tabligh        : Menyampaikan. Seorang pemimpin ataupun wakil rakyat haruslah dapat menyampaikan aspirasi/suara rakyatnya apa adanya tanpa ada yang dikurangi maupun dirubah sedkitpun.
·         Fathanah   : Cerdas. Seorang pemimpin haruslah cerdas dalam menyelesaikan setiap persoalan yang muncul di masa jabatannya. Bila dia tidak memiliki ilmu yang cukup, baik dalam akademis maupun non akademis, berarti dia belum pantas menjadi seorang pemimpin.
Sekian yang dapat saya tulis dalam essay berjudul “Pandangan Pelajar Mengenai Figur Pemimpin Masa Depan”. Terimakasih dan mohon maaf apabila ada kekurangan maupun salah kata.

No comments:

Post a Comment